Pembahasan pertama saya adalah mengenai Konseling dan Psikoterapi, lebih tepatnya kita akan membandingkan mengenai konseling dengan psikoterapi.
Menurut saya konseling sendiri dapat diartikan dengan proses interaksi antara penolong yang provesional dengan orang tertolong yang berusaha bersama-sama melakukan perubahan kognitif, afektif dan perilaku yang diharapkan.
Dan berikut ini adalah pengertian konseling dari beberapa ahli dari dalam hingga luar negeri yang terkenal
Menurut Jones (1951). Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan. Dimana ia diberi panduan pribadi dan langsung dalam pemecahan untuk lkien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.
Menurut A.C. English dalam Shertzer & Stone (1974). Konseling merupakan proses dalam mana konselor membantu konseli (klien) membuat interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.
Burs & Stefflre (1979) konseling ditandai oleh adanya hubungan profesional antara konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya dilakukan secara perorangan, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang. Hal ini dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangannya tentang ruang lingkup kehidupan dan untuk belajar mencapai tujuan yang ditentukan sendiri melalui suatu yang bermakna, penilaian yang jelas dan melalui perumusan persoalan tentang emosi dan hubungan interpersonal sebenarnya.
Menurut Schertzer dan Stone (1980). Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli, agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Menurut APGA(American Personel Guidance Association) dalam Prayitno(1987:25 )Konseling adalah hubungan antara seorang individu yang memerlukan bantuan untuk mengatasi kecemasannya yang masih bersifat normal atau konflik atau masalah pengambilan keputusan.
Fokus pembanding kita kali ini ada beberapa poin. diataranya adalah tujuannya, masalahnya, settingnya, teorinya dan tekniknya.
Prayitno dan Erman Amti (2004:105). Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Kegiatan konseling ini juga memiliki tujuan dan manfaat untuk pasien/client yang sedang konsultasi kepada konselor. Antara lain Memperkuat motivasi untuk melakukan hal-hal yang benar. Mengurangi tekanan emosi yang menfalam dengan membuat klien katarsis. Membantu mengembangka potensinya, melepaskan diri dari fiksasinya dan berkembang ke arah yang positif. Mengubah kebiasaan yang maladaptif. Mengubah lingkungan sosial individu.Mengubah proses somatik agar mengurangi rasa sakit dan cemas. Mengembangkan kesadaran, kontrol, dan kreativitas diri. Mengubah struktur kognitif. Meningkatkan hubungan antar pribadi.
Ada pula kondisi yang mendukung konseling supaya tercapai tujuan yang diharapkan.Antara lain Penerimaan yang tulus terhadap klien. Menghargai klien. Bersikap empati, sehingga klien dapat mengekspresikan hal yang tersembunyi. Kesungguhan. Kejujuran untuk menumbuhkan rasa saling pengertian dan penghargaan
Pengertian Psikoterapi
Dilihat secara etimologis psikoterapi mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas yaitu “mind” atau sederhananya: jiwa dan “therapy” mengasuh, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan” seseorang
Berikut ini akan diuraikan mengenai tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua orang tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey (1991):
1. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik, menurut Ivey, et al (1987): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
2. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisi, menurut Corey (1991): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
3. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et al (1987): untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhannya yang unik.
4. Tujuan psikoterapi pada pendekatan terpusat pada pribadi, menurut Corey (1991): untuk memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa mengenai hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan bisa mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat.
5. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, menurut Ivey, et al (1987): untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan. Sehubung dengan terapi behavioristik ini, Ivey, et al (1987) menjelaskan mengenai tujuan pada terapi kognitif-behavioristik, yakni: menghilangkan cara berfikir yang menyalahkan diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran terhadap diri sendiri dan orang lain. Corey (1991) merumuskan mengenai kognitif-behavioristik dan sekaligus rasional-emotif terapi dengan: menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara rasional dan toleran.
6. Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Ivey, et al (1987): agar seseorang menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang. Corey (1991) merumuskan tujuan terapi Gestalt: membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamannya. Untuk merangsang menerima tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar
Persamaan Konseling dengan Psikoterapi
1. Konseling dan Psikoterapi merupakan suatu usaha profesional untuk membantu/memberikan layanan pada individu-individu mengenai permasalahan yang bersifat psikologis.
2. Konseling dan Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien untuk suatu perubahan tingkah (behauvioral change), kesehatan mental positif (positive mental health), pemecahan masalah (problen solution), keefektifan pribadi (personal effectiveness), dan pembuatan keputusan (decision making).
3. Konseling dan psikoterapi membantu dan memberikan perubahan, perbaikan kepada klien (yaitu, eksplorasi-diri, pemahaman-diri, dan perubahan tindakan/perilaku) agar klien dapat sehat dan normal dalam menjalani hidup dan kehidupannya.
4. Konseling dan psikoterapi merupakan bantuan yang diberikan dengan mencoba menghilangkan tingkah laku merusak-diri (self-defeating) pada klien.
5. Psikoterapi maupun konseling memberikan penekanan pentingnya perkembangan dalam pembuatan keputusan dan ketrampilan dalam pembuatan rencana oleh klien.
6. Pentingnya saling-hubungan antara klien dan psikoterapis ataupun konselor disepakati sebagai suatu bagian integral dalam proses psikoterapi maupun konseling. Jadi, inti dari konseling dan psikoterapi adalah bantuan kepada klien melalui hubungan yang bersifat positif dan membangun.
7. Konselor sering mempraktekkan apa yang oleh psikoterapis dipandang sebagai psikoterapi dan psikoterapis sering mempraktekkan apa yang oleh konselor dipandang sebagai konseling.
Perbedaan Konseling dengan Psikoterapi
a. Konseling
1. Berpusat pandang masa kini dan masa yang akan datang melihat dunia klien.
2. Klien tidak dianggap sakit mental dan hubungan antara konselor dan klien itu sebagai teman yaitu mereka bersama-sama melakukan usaha untuk tujuan-tujuan tertentu, terutama bagi orang yang ditangani tersebut.
3. Konselor mempunyai nilai-nilai dan sebagainya, tetapi tidak akan memaksakannya kepada individu yang dibantunya konseling berpusat pada pengubahan tingkah laku, teknik-teknik yag dipakai lebih bersifat manusiawi.
4. Konseling lebih edukatif, suportif, berorientasi sadar dan berjangka pendek.
5. Konseling lebih terstruktur dan terarah pada tujuan yang terbatas dan konkret.
b. Psikoterapi
1. Berpusat pandang pada masa yang lalu-melihat masa kini individu.
2. Klien dianggap sebagai orang sakit mental dan ahli psikoterapi (terapis) tidak akan pernah meminta orang yang ditolongnya itu untuk membantu merumuskan tujuan-tujuan,
3. Terapis berusaha memaksakan nilai-nilai dan sebagainya itu kepada orang yang ditolongnya.
4. Psikoterapi lebih rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka panjang.
5. Psikoterapi sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah dan berkembang terus.
Macam-macam pendekatan konseling & psikoterapi.
1. PSIKOANALISIS
2. PERILAKU
3. PERSON CENTERED
4. GESTALT
5. RASIONAL-EMOTIF
6. REALITAS
7. DLL
Sumber :
- Corey, G., Theory and Practice of Conseling and Psychotherapy, 2003
- http://www.scribd.com/doc/52277165/Definisi-Konseling-Menurut-Para-Ahli-Serta-Analisisnya
- sintak.unika.ac.id/staff/blog/uploaded/5811995183/files/konseling&psikoterapi.pptx
- http://moranovakusnandar.blogspot.com/2017/03/psikoterapi-dan-konseling.html
- Singgih D. Gunarsa, dkk. Konseling dan
Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia, 2007, hal: 5
- Undang-Undang No 20 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Cipta Jaya. 2003.
hal, 5
- Direktorat Pembinaan Pendidikan enaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Dasar Standardisasi Profesi Konseling. Jakarta,
2004. hal. 4
- Prayitno dan Erman Amti. Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling. Jakarta. Rineka Cipta,
2004. hal: 338-339
0 Comments