Micro Skill Tahapan
Konseling dan Psikoterapi
Nah temen-temen kita
sudah sampai pada materi micro skill, tahapan pada konseling dan psikoterapi.
disini aku akan membahas beberapa ketrampilan yang harus dikuasai oleh konselor
pada saat melakukan konseling. Juga tahapan-tahapan apa saja yang harus
dilakukan untuk proses konseling dan psikoterapi itu sendiri. lanjut bahasan
pertama kali ini mengenai mikro skill atau keterampilan dasar konselor terlebih
dahulu.
KETERAMPILAN DASAR (MICRO-SKILL) DALAM
KONSELING
Kathryan Geldard &
David Geldard (2011: 45) keterampilan–keterampilan mikro konseling adalah
elemen–elemen kecil dari seorang konselor. Mikro konseling adalah suatu cara memberikan
penguasaan teknik – teknik konseling tunggal kepada calon konselor.
Keterampilan konseling yang paling penting adalah mendengarkan klien dengan
penuh perhatian.
1. 1. Keterampilan Attending
Retno Tri
Hariastuti, (2007 : 27) Attending merupakan kemampuan konselor dalam
menunjukkan perhatian secara penuh kepada klien sehingga klien dapat terlibat
dalam proses konseling.
Fungsi
utama dari attending yaitu untuk mendorong klien agar mau berbicara dengan
bebas dan terbuka.
Keterampilan
attending ini meliputi:
· Posisi dan jarak
duduk, yang mencakup posisi tempat duduk
· Posisi badan, isyarat
gerak tubuh dan ekspresi wajah,
· Kontak mata, hendaknya
berlangsung dan ditujukan kepada klien terutama saat klien berbicara.
· Ekspresi wajah
berdampak besar terhadap proses perlibatan diri.
· Penggunaan suara yang
bervolume dan kejelasan, intonasi, nada suara akan menunjukkan hubungan yang
empatik dengan klien
· Mendengarkan. dan memahami seluruh pesan – pesan klien, memelihara perhatian yang terpusat pada klien, serta mengarahkan diri terhadap apa yang telah dinyatakan oleh klien.
Contoh percakapan attending
· konseli : “pagi bu..
assalamualaikum (mengetok pintu)”
· konselor : “wa’alaikum
salam, silahkan masuk nak ( ramah, senyum, ceria, mengantar ke kursi )”
· konseli : “ya …. Bu
(senyum terpaksa, murung, sedih)”
· konselor : “apa kabar
nak ? (sebut nama), (senyum, ramah, penuh perhatian)”
· konseli : “mmmm….
(diam, sedih, menunduk)”
· konselor : “ada yang
bisa ibu bantu? (senyum, ramah, penuh perhatian, ekspresi penuh ketertarikan,
duduk condong ke arah klien )”
2.
2. Keterampilan Membuka Percakapan
Keterampilan
ini berperan pada awal wawancara yaitu mempersilahkan klien untuk berbicara
seleluasa mungkin untuk mengutarakan masalahnya kepada konselor. Yang
paling pertama adalah menyapa klien, ketika menyambut dan menyapanya akan
sedikit banyak mempengaruhi perasaan klien terhadap konselor serta
kepercayaannya terhadap konselor.
Keterampilan ini juga memberikan dorongan pada klien untuk
mengutarakan pikiran – pikirannya dan perasaannya. Menurut Sukiman (1991 : 62)
Keterampilan ini selalu di perlukan konselor, khususnya dalam hal :
1.
Memulai wawancara
2.
Terjadinya penolakan klien
3.
Pengungkapan masalah
4.
Mendapatkan kejelasan tentang spesifikasi masalah klien
5.
Mendapatkan ilustrasi atau contoh – contoh perilaku khusus yang
belum dipahami konselor.
Contoh
·
Apa yang ingin anda kemukakan sekarang?
·
Bagaimana keadaan anda sesudah pertemuan kita yang terakhir?
·
Dapatkah anda mengucapkan lebih banyak lg hal itu kepada saya?
·
Bagaimana perasaan anda jika hal itu terjadi?
·
Bagaimana perasaan anda tentang apa yang anda katakan kepada
saya?
·
Bagaimana perasaan anda selanjutnya?
3.
3. Keterampilan Membuat Paraphrasing
Kathryan Geldard & David Geldard (2011 : 80) parafrasa merupakan sebuah keterampilan dasar yang sangat berguna untuk melakukan parafrasa, konselor harus menyimak dengan cermat dan kemudian mengulang kembali inti dari perkataan klien dengan kata – kata konselor sendiri. Parafrase adalah cara merefleksikan (menegaskan) kembali pada klien yang penting tetapi secara lebih jelas dan menggunakan kata – kata konselor sendiri.
Contoh :
·
“jadi masalahmu adalah………”
· “dari pembicaraan kita tadi saya menangkap bahwa….”
4. 4. Keterampilan Mengidentifikasi Perasaan
keterampilan
ini berguna sekali dalam hal konselor membantu klien dalam menjelaskan perasaan
– perasaanya, yang mencerminkan dinamika psikis dan masalah itu sendiri.
Kesulitan utama dalam melakukan identifikasi perasaan ini
menurut Sukiman (1991 : 63) ialah :
1.
Suatu ekspresi perasaan yang sama, dapat mencerminkan makna yang
berbeda – beda.
2.
Suatu makna perasaan tertentu dapat dinyatakan dengan berbagai
cara. Untuk itu seorang konselor perlu banyak pengetahuan dan pengalaman yang
berkaitan dengan ekspresi perasaan dapat di kenal melalui :
·
Perubahan somatis ( pernyataan non verbal) seperti : muka merah
keringat yang berlebihan, menangis, pandangan tak menentu, melihat satu arah,
menggigit jari, selalu menunduk.
·
Pernyataan verbal (deskripsi verbal) yang dapat berupa :
pernyataan eksplisit / langsung (sederhana), pemakaian kiasan, menggambarkan
jenis kegiatan, dan menggambarkannya dalam organ tubuh.
Contoh percakapan menggunakan teknik mengidentifikasi
perasaan
·
“Saya perhatikan kelihatannya saudara…..”
·
“nampaknya Anda sedih / senang…….”
·
“sepertinya Anda lagi……”
5.
5. Keterampilan Merefleksi Perasaan
Refleksi
adalah suatu jenis teknik konseling yang penting hubungan konseling. Yaitu
sebagai upaya untuk menangkap ¬pikiran dan pengalaman klien kemudian
merefleksikan kepada klien kembali. Hal ini harus dilakukan konselor sebab
sering klien tidak menyadari akan perasaan, pikiran, dan pengalamannya yang
mungkin menguntungkan atau rnerugikannya. Jika dia menyadari akan perasaannya, maka klien
mungkin segera mengubah perilakunya kearah positif. Namun tidaklah mudah calon
konselor untuk menangkap dan memahami perasaan dan pikiran serta pengalaman,
lalu mengungkapkannya kembali kepada klien dengan bahasa calon konselor
sendiri. Karena itulah seorang calon konselor haruslah dilatih secara terus
menenerus dan bertahap keterampilan refleksi ini.
Contoh percakapan menggunakan teknik merefleksi perasaan
·
“nampaknya yang Anda katakan adalah….”
·
“kelihatanya yang Anda maksudkan adalah…”
·
“saya perhatikan Anda
kelihatnnya…..”
6.
6. Keterampilan Konfrontasi
Konfrontasi
dilakukan bila terjadi kesenjangan-kesenjangan yang dikemukakan oleh klien.
Kesenjangan dapat berupa verbal dan non verbal. Misal klien mengatakan sedih
tetapi sambil tersenyum. Konfrontasi dapat juga dilakukan apabila klien
menghindari suatu topik atau berhenti membicarakan suatu hal.
Contoh percakapan menggunakan teknik konfrontasi
·
“saya memperhatikan Anda mengatakan tidak apa – apa, tetapi muka
Anda terlihat kecewa, apakah Anda merasakannya?”
·
“apakah saudara merasa bahwa apa yang Anda katakan berbeda
dengan perasaan Anda?”
·
“saya melihat ada perbedaan antara perkataan Anda dengan
perasaan Anda. Apakah Anda merasakannya?”
7.
7. Keterampilan Membuat Ringkasan (Merangkum)
Nah pada keterampilan Merangkum , menurut Kathryan Geldard & David Geldard (2011 : 133) berfungsi sebagai bukti tentang pengamatan konselor terhadap klien yang di dalamnya berisi tentang poin – poin wawancara antara konselor dengan klien, yang berguna sebagai catatan untuk konselor mengenai kondisi perasaan klien.
Tahapan-Tahapan pada Konseling dan Psikoterapi
Lanjut bahasan yang gak
kalah menarik untuk dipelajari nih yakni tahapan pada konseling dan
psikoterapi. Menurut Brammer dan Shostrom (1982: 99). Proses
konseling dan psikoterapi melalui beberapa tahapan. Berikut ini adala
tahapan yang bisa dijabarkan dari pengertian diatas.
untuk lebih memudahkan
mengingat bagaimana tahapannya itu sendiri, ada beberapa tahapan dan bisa kita
singkat dengan kata (DASIE). Apa saja singkatan dari DASIE, mari simak
penjelasan berikut ya :
DASIE.
- Development; Mengembangkan relasi, mengidentifikasi, dan mengklarifikasikan masalah. Tujuannya Supaya klien dapat menjelaskan masalah-masalahnya, keprihatinan yang dimilikinya, distress serta alasan dia datang kondisi konseling yang baik Menentukan sampai sejauh mana klien mengenali kebutuhan untuk mendapatkan bantuan dan kesediannya untuk melakukan komitmen kondisi konseling yang baik rapport (Suatu iklim psikologis yang positif, yang mengandung kehangatan, dan penerimaan à klien tidak merasa terancam berhubungan dengan konselor). Kepribadian Konselor Ketrampilan Sosial Konselor Sikap Klien terhadap Konselor Tercipta suasana yang hangat dan menyenangkan. Adanya rasa yang bersahabat dan rasa aman klien lebih terbuka Mengembalikan rasa percaya diri dalam menyelesaikan masalah.
- Assesment; menilai dan menyatakan kembali masalah klien dalam istilah keterampilan. Dalam hal ini konselor mengajukan pertanyaan yang bersifat umum. Usahakan jangan membuat lelucon, sikap, dan perkataan sembrono, kontak fisik. Usahakan konselor tidak terkesan belum siap menerima klien yang ditunjukkan dengan rasa cemas, kurang percaya diri, misalnya berulang kali merapikan taplak meja, melihat HP, berdehem, melihat jam dan sebagainya.
- State: menyatakan tujuan dan merencanakan tindakan. Tujuan dari tahap ini adalah membahas bersama klien apa yang diinginkannya dalam proses konseling. Klien diajak untuk merumuskan tujuan berkaitan dengan permasalahannya.
- Intervention; tindakan untuk mengembangkan keterampilan hidup. Tujuan dari tahap ini adalah ditentukan oleh masalah klien, pendekatan dan teori yang digunakan konselor, keinginan klien dan gaya komunikasi yang dibangun oleh keduanya. Beberapa kegiatan dalam tahap ini: klarifikasi sifat dasar masalah dan memilih strategi, proses problem solving, penyelidikan perasaan klien lebih jauh, dsb Pada tahap ini hal yang penting konselor mulai bekerja dari pembahasan perasaan sampai memiliki kesadaran, hal ini bertujuan untuk membantu klien memperoleh kesadaran yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan mereka selama mengikuti proses konseling psikoterapi. Dalam hal ini membantu klien untuk menempatkan ide-ide dan kesadaran baru yang ditemukan ke dalam tindakan kehidupan sesungguhnya
- End: mengakhiri dan menekankan keterampilan self-helping kepada klien. Konselor harus memastikan kondisi klien apakah sudah membaik. Misalnya menanyakan seperti dibawah ini :
§ Apakah masalah dan gejalanya sudah hilang atau
berkurang ?
§ Masih adakah perasaan yang menimbulkan stres ?
§ Apakah sudah mampu menjalin relasi dengan lebih
baik ?
§ Apakah sudah mempunyai kemampuan membuat
rencana dan dapat bekerja dengan lebih baik ?
§ Apakah sudah lebih bisa menikmati hidup ?
Jika klien sudah merasa mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. saat respon klien positif dan mampu menunjukkan pemahaman diri sendiri. Bila sasaran / tujuan akhir dari “kontrak” telah tercapai maka konselor dapat mengakhiri proses konseling.
nah cukup sekian penjelasan kali ini ya, semoga membantu ^-^
0 Comments