Ticker

6/recent/ticker-posts

Advertisement

Responsive Advertisement

Konseling & Psikoterapi - Pendekatan Psikoanalisis

Kali ini kita belajar mengenai Pendekatan Konseling dan Psikoterapi. Pada topik ini terdapat berbagai pendekatan konseling dan psikoterapi yang dapat digunakan konselor dalam memberikan layanan konseling individual dan kelompok kepada konseli. Pendekatan tersebut antara lain Pendekatan Psikoanalisis, Pendekatan Behavioral, Pendekatan Humanistik.

1. PENDEKATAN PSIKOANALISIS
Nah pada teori ini menjelaskan bahwa perilaku manusia paling banyak dipengaruhi oleh ketidaksadarannya. Tokoh teori ini yang terkenal yaitu bapak Sigmund Freud. Menurut teori psikoanalisa, manusia dipengaruhi oleh id (dorongan dasar manusia), ego (realita yang menjembatani antara id dan super ego), dan super ego (hubungannya dengan nilai-nilai moral). Seorang dikatakan normal menurut teori ini jika terdapat keseimbangan antar ke tiganya (id, ego, dan super ego). Sedangkan abnormalnya yaitu jika terjadi kesalahan di masa lalu dan pastinya tidak ada keseimbangan antara 3 komponen tersebut. Pada umumnya menurut Corey (2013), pendekatan konseling yang muncul setelah psikoanalisis adalah pengembangan pendekatan tersebut atau modifikasi konsep dan prosedur psikoanalisis atau penentangan terhadap pendekatan tersebut.

A. Peranan Psikoanalisa dalam Konseling & Psikoterapi
Pendekatan psikodinamik, dalam  konseling dan psikoterapi memiliki peranan yakni berusaha untuk menjelaskan atau menafsirkan kekuatan mental dan emosional atau proses dalam  diri seseorang, terutama yang berkembang pada anak usia dini, dan pengaruhnya terhadap kondisi perilaku dan mental pada kepribadian. Dan yang paling penting adalah, pendekatan psikodinamik berusaha menekankan  kekuatan motivasi yang bekerja pada tingkat bawah sadar klien, psikoterapi psikoanalitik juga berusaha  menempatkan penekanan yang  lebih besar pada penyesuaian untuk masalah kehidupan dan realitas eksternal bawah sadar klien yang muncul dalam hubungan tersebut (transferensi dan kontratransferensi).

B. Tujuan Pendekatan
Tujuan terapi psikoanalitik adalah adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien. Proses terapeutik di fokuskan pada upaya mengalami   kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau di rekontruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekontruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengalaman intelektual memiliki arti penting. Tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman diri lebih penting lagi.

C. Struktur Kepribadian :
Dalam hal ini menurut Corey (2013), Struktur kepribadian terdiri atas id, ego, dan superego). Id adalah komponen biologis kepribadian yang merupakan sumber energi psikis dan tempat instink. Id memiliki fungsi primer yang dalam bekerjanya menggunakan prinsip kepuasan. Keseluruhan aspek id berada dalam lapisan ketidaksadaran. Ego merupakan komponen psikologis individu yang berfungsi sebagai eksekutif kepribadian dengan menggunakan prinsip realitas dalam bekerjanya. Ego merupakan tempat intelegensi dan aspek rasionalitas. Sebagian besar aspek ego berada dalam lapisan kesadaran. Superego adalah komponen sosial yang berfungsi sebagai hakim kepribadian yang merupakan tempat kode-kode moral sosial masyarakat dengan menggunakan prinsip kesempurnaan dalam kerjanya. Sebagian besar aspek superego berada dalam lapisan ketidaksadaran.

C. Perkembangan Kepribadian
Pada perkembangan kepribadian, individu berkembang melalui tahap oral (lahir – 18 bulan), anal (18 bulan – 36 bulan), fallis (3 tahun – 6 tahun), latensi (6 tahun – 12 tahun), dan genital (12 tahun ke atas). Tahap oral merupakan tahapan perkembangan di mana mulut merupakan daerah utama pemuasan kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan dasar pada tahap in diperoleh dari menghisap dan mengigit. Pada tahap anal, daerah anus merupakan daerah utama pemenuhan kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan dasar pada tahap ini diperoleh melalui menahan atau membuang feses. Pada tahap fallis, organ kelamin merupakan daerah utama pemenuhan kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan dasar pada tahap ini diperoleh melalui fantasi seksual dan manipulasi organ kelamin. Tahap latensi merupakan tahap di mana energi psikis diarahkan untuk aktivitas sebaya dan peningkatan kompetensi diri dalam bidang fisik dan kognitif. Pada tahap genital, individu melanjutkan perkembangan tahap fallis dan pembentukan pola interaksi yang sehat dengn lawan jenis.


D. Proses Terapeutik
Pada proses terapeutik di fokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau di rekontruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekontruksi kepribadian.

- Tujuan :
Merekonstruksikan bentuk  struktur kepribadian individu dengan membongkar materi yang tidak disadari oleh diri klien menjadi disadari.

- Mekanisme Pertahanan Ego:
Tingkah laku “normal” yang beroperasi pada level tak sadar dan cenderung menyimpang dari realitas
Membantu individu mengatasi kecemasan dan mencegah ego dari ketakutan 
Memiliki nilai adaptif jika tidak menjadi gaya hidup untuk menghindar dari realitas

Tingkah laku “normal” yang beroperasi pada level tak sadar dan cenderung menyimpang dari realitas
Membantu individu mengatasi kecemasan dan mencegah ego dari ketakutan
Memiliki nilai adaptif jika tidak menjadi gaya hidup untuk menghindar dari realitas

E. TEKNIK PSIKOANALISIS
1. Asosiasi Bebas (FREE ASSOCIATION)
Teknik utama terapi psikoanalitik adalah asosiasi bebas. Disini klien diminta melaporkan segera tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Klien diminta untuk mengatakan segala sesuatu yang muncul dalam kesadarannya, seperti pikiran, harapan, dan lain-lain, walaupun kelihatannya hal-hal tersebut tidak penting, tidak logis, menyakitkan, ataupun menggelikan. Freud memikirkan bahwa asosiasi bebas ini ditentukan oleh suatu sebab, bukan hal yang acak. Tugas analislah untuk melacak asosiasi ini sampai kesumbernya dan mengidentifikasi suatu pola sebenarnya yang tadinya hanya terlihat sebagai rangkaian kata yang tidak pasti. Terlepasnya emosi yang kuat, yang selama ini ditekan pada situasi terapeutik inipun kemudian disebut sebagai katarsis.

Cara yang khas ialah klien berbaring diatas balai-balai sementara analisis duduk dibelakangnya sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat asosiasi-asosiasinya mengalir bebas. Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau, yang dikenal dengan sebutan katarsis. Hal ini dilakukan guna membantu klien dalam memperoleh pemahaman dan evaluasi diri yang lebih objektif, analis menafsirkan makna-makna utama dari asosiasi bebas ini.

2. Analisis Transferensi
Sama hal nya dengan resistensi, transferensi merupakan inti dari terapi psikoanalitik. Analisis transferensi yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Transference adalah saat pasien mengembangkan reaksi emosional keterapis. Hal ini bisa saja dikarenakan pasien mengidentifikasi terapis sebagai seseorang dimasa lalunya, misalnya orang tua atau kekasih. Disebut positive transference apabila perasaan itu adalah perasaan saying atau kekaguman, serta negative transference apabila perasaan ini mengandung permusuhan dan kecemburuan.

3. Analisis Resistensi
Resistensi merupakan sebuah konsep yang fundamental dalam praktek psikoanalitik adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari. Sebagai pertahanan terhadap kecemasan, resistensi bekerja secara khas dalam terapi psikoanalitik dengan menghambat klien dan analis dalam melaksanakan usaha bersama untuk memperoleh pemahaman atas dinamika-dinamika ketaksadaran klien.

4.Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai “jalan mengistimewa menuju ketaksadaran”, sebab melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan yang tak disadari, diungkapkan.

Analisa terhadap mimpi ini biasanya dilandasi oleh konsep psikoseksual, serta termuat isu gender. Contohnya adalah mimpi mengenai sebuah pohon dapat diinterpretasikan sebagai keinginan untuk mengekspresikan dorongan seksual apabila diimipikan oleh laki-laki, atau representasi dari keinginan untuk memiliki superioritas laki-laki bila dimimpikan oleh perempuan. Dalam hal ini, pohon dipandang sebagai representasi dari alat kelamin laki-laki.


DAFTAR PUSTAKA

Axelsen, John. 1999, Counseling and Development in A Multicultural Society, Brook/ColePublishing Company, Albany.
Mappiare, Andi. 2006. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Gunarsa, Singgih. 2009. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia

Post a Comment

0 Comments